Antusiasme yang luar biasa ditunjukkan oleh Guru dan Karyawan SMKN 1 Ponorogo saat mengikuti kegiatan motivasi dan bincang literasi. Kegiatan tersebut dikemas dalam Workshop Literasi pada Senin, 19 Agustus 2024 di Gedung BTC SMKN 1 Ponorogo, Bertajuk “Guru Hebat Berliterasi, Siswa Maju Berprestasi” dengan narasumber Begawan Literasi Nasional Bapak Dr. Sutejo, M. Hum.
Workshop literasi yang diselenggarakan tersebut merupakan salah satu upaya SAKA GURU LITERASI dalam menguatkan budaya literasi di lingkungan sekolah. SAKA GURU LITERASI SMKN 1 Ponorogo hadir untuk menjawab tantangan di lapangan. Gerakan literasi sekolah nasional menuntut partisipasi aktif dari semua elemen pendidikan. Keterlibatan pihak eksternal seperti industri, akademisi, dan komunitas literasi agar bisa memberikan perspektif baru dalam memberikan dukungan yang signifikan terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia melalui kegiatan literasi. Dr. Sutejo, M. Hum. mengutip yang disampaikan oleh Prof. Endraswara bahwa Literasi itu tanggap: tanggap ing sasmita, melek kahanan, weruh saurunge winarah. Isi literasi merupakan moralitas dan karakter, jujur merupakan salah satu perilaku literat menjadi pesan – pesan di awal workshop literasi.
Senin, 19 Agustus 2024 menjadi hari yang istimewa bagi warga SMKN 1 Ponorogo karena kehadiran Begawan Literasi Nasional Bapak Dr. Sutejo, M. Hum. Kesempatan mengikuti kegiatan motivasi dan bincang literasi tidak akan disia-siakan warga SMKN 1 Ponorogo karena tidak sembarang orang bisa mendatangkan Beliau dan tidak sembarang tempat didatangi oleh Beliau untuk berbagi ilmu. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala SMKN 1 Ponorogo Bapak Suryanto, S.Pd.disela-sela sambutannya saat membuka secara resmi workshop literasi.
Mengawali kegiatan motivasi dan bincang literasi, Dr. Sutejo, M. Hum. mengingatkan pentingnya budaya literasi di lingkungan sekolah untuk membentuk karakter literat. Hal tersebut bisa terwujud jika seluruh warga sekolah memiliki kepedulian dalam membudayakan literasi. Salah satunya dengan memulai dari kebiasaan kecil setiap pagi di awal pembelajaran selama 10 – 15 menit seluruh siswa, guru, dan staf SMKN 1 Ponorogo setelah tanda dimulainya maka semua orang akan memulai aktivitas di dalam kelas dengan semangat yang tinggi seluruh siswa didampingi oleh guru untuk melakukan budaya literasi. Menurut Dr. Sutejo, M. Hum., hasil pembiasaan literasi 10 menit x 5 hari tidak akan bisa sama dengan hasil 5 x 10 (jika disatukan dalam satu waktu saja). Hal tersebut dikarenakan efektifitasnya jelas sangat berbeda dalam menjalankan budaya literasi.
Pajangan – pajangan yang berisi ungkapan aforistik tentang literasi menjadi masukan yang kedua setelah pembiasaan literasi sebelum pembelajaran dimulai. Kata – kata aforistik tersebut diharapkan bisa memancing ketertarikan siapapun yang membaca untuk mencari tahu dan akhirnya memelajarinya lebih lanjut dengan membaca buku. Dr. Sutejo, M.Hum. menyampaikan salah satu kata – kata aforistik tersebut adalah membaca itu indah, merajut dzikir, berkarya melukis pesona.
Kegiatan lomba – lomba literasi menjadi cara berikutnya setelah pembiasaan dan pajangan literasi. Mulai dari mengadakan lomba menulis puisi, cerpen, atau resensi buku menjadi alternatif lain untuk membudayakan literasi di lingkungan sekolah. Tetapi semua itu membutuhkan peran aktif seluruh warga sekolah, terutama Guru yang menjadi tokoh literasi di sekolah. Peran Guru sangat penting karena menjadi teladan dan contoh bagi siswa – siswinya. Ketika Guru melek litersi, maka siswapun akan demikian dalam membudayakan literasi.
Di akhir workshop, Dr. Sutejo, M.Hum. mengajak seluruh warga SMKN 1 Ponorogo untuk bisa melampaui tantangan berliterasi. Beliau juga berpesan: sesungguhnya apapun sebuah gerakan itu ditentukan oleh: (i) kualitas aktor – aktornya, (ii) mentalitas dan daya gerak yang dimiliki, (iii) mengajak pemangku kuasa mengerti substansi dan performansinya, (iv) mengajak orang lain memahami, sadar, dan ikut berperilaku, (v) sarana prasarana pendukung, dan (vi) keandalan manajemen organisatornya. Demikian pula gerakan literasi di SMKN 1 Ponorogo.
Dr. Sutejo, M.Hum. lanjut berpesan, niat baik tentu menjadi modal besar. Selanjutnya dibutuhkan pemahaman peta dasar literasi yang menyadarkan untuk bergerak mencapai puncak literasi. Lahirnya insan literat yang melek kahanan, tanggap ing sasmita, mampu berpikir kreatif dan menjadi penyelesai semua persoalan hidup dan profesi. Tujuan utama gerakan literasi adalah terciptanya moralitas dan karakter terbaik. Beliau juga menyampaikan bahwa kurikulum yang abadi adalah LITERASI.
Penulis: SRIKIOBI